This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 15 September 2019

Cerita Rakyat Blora, Legenda Asal Goa Sentoso

LEGENDA BLACAK NGILO DIBALIK ASAL MUASAL GOA SENTONO

Jaman dulu tersebutlah kisah ada suatu padepokan kecil yang bernama SENTONO, yang dipimpin oleh Blacak Ngilo. Blacak Ngilo adalah bekas prajurit Majapahit yang melarikan diri disaat terjadi perang saudara memperebutkan kekuasaan. Pada mulanya padepokan ini sangat termasyur , sehingga banyak orang berbondong-bondong ke Sentono untuk nyantrik dan berguru ke Blacak Ngilo. Dengan Arif dan bijaksana Blacak Ngilo mengajarkan berbagai macam ilmu, mulai dari cara bercocok tanam, budi pekerti, spiritual dan olah kanuragan. Daerah Sentono terletak di tepi aliran Bengawan solo, sehingga strategis untuk pertanian. Sehingga tak mengherankan jika Sentono dan sekitarnya mengalami perkembangan yang luar biasa hebat. Bahkan Blacak Ngilo oleh para pengikutnya di perlakukan bak seorang Raja.

Tapi lama-kelamaan perangai BLACAK NGILO mulai berubah. Dia mulai sewenang-wenang terhadap para pengikutnya. Masyarakat di haruskan untuk menyetorkan separoh lebih dari hasil panennya. Tak hanya itu, dia juga memerintahkan kepada seluruh rakyatnya yang mempunyai anak perawan agar dipersembahkan untuk di jadikan selirnya. Rakyat mulai resah, apalagi setiap malam bulan Purnama harus disediakan darah segar manusia untuk di jadikan tumbal untuk menambah kesaktiannya.
Keresahan Masyarakat ini sampai terdengar oleh Sunan Bonang. (Wiihh Sunan Bonang jalan-jalan sampai Blora juga). Kemudian Sunan Bonang mengutus salah seorang santrinya untuk menemui Blacak Ngilo yang intinya mengingatkan Blacak Ngilo agar tidak lagi sewenang-wenang terhadap rakyatnya, jangan menyembah berhala dan mengikut ajaran Islam dengan lurus dan benar. Mendengar perkataan utusan tadi, Blacak Ngilo murka, ditebasnya leher utusan Sunan Bonang sampai putus. Tempat pemenggalan leher utusan sunan Bonang ini sampai sekarang di abadikan menjadi sebuah desa bernama Pangulu, berasal dari kata PENGGAL GULU (Penggal Leher, masuk wilayah Kec. Margomulyo, Kab.Bojonegoro - Jatim).

Merasa di remehkan, Blacak Ngilo tidak terima, dia mengirimkan surat tantangan kepada Sunan Bonang agar datang berhadapan dengan dirinya untuk adu kesaktian. Sunan Bonang menyanggupinya, tapi Sunan Bonang minta beberapa syarat, apabila Sunan Bonang kalah dalam pertarungan, beliau rela menjadi pengikut Blacak Ngilo, dan sebaliknya apabila Blacak Ngilo yang kalah, Blacak Ngilo harus meninggalkan semua perbuatan-perbuatan buruknya dan harus masuk Islam. Kedua belah pihak menyetujui perjanjian tersebut.
Pertarungan hebatpun di mulai. Karena sama-sama saktinya, hari pertama, hari kedua bahkan sampai kari keenam belum terlihat siapa yang kalah dan siapa yang menang. Pada hari ketujuh Blacak Ngilo mulai kelelahan. Tapi karena kesombongannya dia tidak mau mengakui kehebatan Sunan Bonang. Timbullah akal licik Blacak Ngilo untuk melarikan diri dari gelanggang pertarungan. Dengan sisa-sisa kesaktiannya, maka masuklah Blacak Ngilo kedalam perut bumi untuk melarikan diri. Sunan Bonangpun tidak mau kalah, dikejarnya Blacak Ngilo ke dalam perut bumi, akhirnya terjadi kejar-kejaran di dalam tanah. Setiap kali Ki Sentono alias Blacak Ngilo muncul di permukaan tanah, di situ juga sunan Bonang ada di belakangnya. Bahkan lari ke daerah Tuban (Jawa Timur) pun, Sunan Bonang juga ikut muncul di Tuban.

Karena Kelelahan Blacak Ngilo minta kepada Sunan Bonang untuk minta waktu untuk istirahat. Dikabulkannya permohonan Blacak Ngilo. Tidak menyia-nyiakan waktu, Blacak Ngilo mencari tempat untuk SEMENDE (senderan). Tempat Semendenya Blacak Ngilo inilah kemudian lahir nama Desa MENDEN yang berasal dari kata SEMENDEN/SENDEN.

Akhirnya Blacak Ngilo mengakui kekalahannya, dan akhirnya pula Blacak Ngilo bersedia masuk Islam menjadi pengikut Sunan Bonang untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah Menden. Lubang-lubang dalam tanah bekas untuk kejar-kejaran antara Sunan Bonang dan Blacak Ngilo meninggalkan bekas berupa Goa. Goa inilah kemudian di namakan GOA SENTONO. Dan wilayah d sekitar goa di namakan Dusun Sentono, yang secara administratif masuk wilayah Desa Mendenrejo Kec.Kradenan Kab. Blora.

Demikian sejarah singkat Terjadinya Desa Menden dan Goa Sentono. Tapi dalam Masyarakat, banyak versi cerita yang beredar. Versi lain menyebutkan klo Desa MENDEN berasal dari Sunan Ngudung, Sunan Ngudung itu anak dari Sunan Gresik, cerita bermula saat Sunan Ngudung perang dengan Malin Kentiri, karena Sunan Ngudung kelelahan, kemudian SEMENDHE/SLENDEN di pohon cempolo yang dibawahnya ada batu rambut, Kemudian Lahir desa MENDEN.
Ada versi Lain tentang terjadinya Desa Pangulu, bahkan Desa Pangulu tidak ada hubungannya dengan Sentono. Konon desa Pangulu dulu bernama JIPANGULU.. Yang artinya JIPANG HULU (ATAS)... JIPANGULU berhubungan erat dengan cerita JIPANG PANOLAN. Kerajaan yg di pimpin ARYA PENANGSANG. Itulah versi cerita yang beredar di Masyarakat Menden dan sekitarnya.

Sumber: https://web.facebook.com/misteridanmitosdunia/posts/cerita-rakyat-blora-legenda-blacak-ngilo-dibalik-asal-muasal-goa-sentonojaman-du/703016426401480/?_rdc=1&_rdr

Legenda Sungai Lusi di Blora

Legenda Sungai Musi

Di Kota Blora ada sebuah sungai yang melingkari kota. Sungai itu berada di sebelah timur kota Blora, mengalir dari utara ke selatan, kemudian berbelok ke arah barat. Sungai itu mengalir terus ke barat, masuk ke wilayah Purwodadi dan akhirnya bertemu dengan Sungai Serang. Sungai itu adalah sungai Lusi. Bagaimanakah kisah terjadinya sungai Lusi? Ikutilah kisah dibawah ini.
Pada zaman Prabu Sri Jayabaya, raja yang bertakhta di Kediri, ada tiga orang pengembara yang bernama Ki MRanggi, Parta Gendul, dan Parta Balung. Setelah sekian lama mengembara meninggalkan Kediri, mereka berhenti di sebuah hutan di Gunung Butak yang banyak ditumbuhi pohon jati. Ki Mranggi melihat seputar tempat tersebut dan merasa cocok untuk tinggal di situ.
“Aku rasa tempat ini cocok untuk tempat tinggal. Bagaimana pendapatmu Parta Gendul?” Tanya Ki Mranggi kepada Parta Gendul.
“Saya setuju saja Ki Mranggi,” jawab Parta Gendul.
“Dan kamu Parta Balung, apakah juga setuju kalau kita tinggal disini?” Ki Mranggi memandangi Parta Balung minta pendapat.
“Saya kira saya bisa menyetujuinya Ki MRanggi,” jawab Parta Balung.
Akhirnya, mereka bertiga memutuskan untuk tinggal di hutan yang terletak di Gunung Butak.
Ternyata di tempat itu juga sudah ada penghuninya sebelum mereka bertiga datang. Dia adalah Ki Bahurena. Ketika Ki Bahurena berjalan menuju mata air, ia melihat tiga orang yang sedang membangun rumah sederhana di dalam hutan.
Ki Bahurena mendekati dan berkata,” Perkenalkan, aku Ki Bahurena. Apakah kalian mau tinggal di sini? Aku senang kalau kalian bertiga tinggal di sini sehingga aku mempunyai tetangga. “Lalu Ki Bahurena menyalamai Ki MRanggi, Parta Gendul dan Parta Balung.
“Terima kasih Ki Bahurena. Kami memang kan berdiam di Gunung Butak ini. Kami bertiga berasal dari Kediri,” jawab Ki MRanggi. Lalu Ki Mranggi memperkenalkan dirinya dan kedua temannya, Parta Gendul dan Parta Balung.
“Kalau kalian mau tinggal di sini silakan. Bukankah semua tanah di muka bumi ini milik TUhan? Jadi, siapa saja boleh tinggal di sini asalkan berniat baik dan tidak mengganggu makhluk yang ada di sini, baik pohon maupun hewan.”
“Baik Ki Bahurena. Kami akan jaga selalu pesan itu,” mereka bertiga mennjawab bersamaan.
Mereka bertiga tinggal di hutan Gunung Butak dengan senang dan damai. Ki Mranggi berpesan kepada Parta Gendul dan Parta Balung.
“Segala sesuatu yang kalian kerjakan hendaknya memberitahu aku dulu. Sebab akulah yang membawa kalian kemari dan lagi kita di sini masih baru belum tahu seluk-beluk daerah ini. Dan ingatlah selalu pesan Ki Bahurena itu”.
Pada suatu hari, Parta Balung ingin membuat perahu. Lalu Parta Balung berkeliling di sekitar tempat tinggalnya, matanya tertuju pada pohon suren. “Inilah pohon yang saya cari-cari untuk membuat perahu,”katanya dalam hati. Parta Balung menebang pohon suren. Semua yang dilakukan oleh Parta Balung itu tanpa sepengetahuan Ki Mranggi.
Setelah pohon suren di tebang, mulailah Parta Balung membuat perahu. Belum sempat menyelesaikan perahunya, tiba-tiba turun hujan deras di sertai angin rebut sehari semalam lamanya. Di tengah hujan dan angin ribut itu, tiba-tiba muncul seekor ular naga. Ular naga tersebut berjalan di dalam tanah, dan muncul gundukan tanah seperti bukit pada bekas jalannya. Tanah yang di lewati ular naga itu longsor dan longsoran tanah itu berubah menjadi aliran lumpur dan akhirnya terjadi banjir lumpur. Semua benda yang di terjang banjir lumpur itu roboh, pohon-pohon jati bertumbangan dan hutan menjadi rusak. Rumah-rumah penduduk di kaki Gunung Butak tidak luput dari amukan banjir lumpur itu, demikian juga rumah Ki Mranggi dan Ki Bahurena.
Ki Mranggi melihat di sekitar rumahnya dan disekitar hutan, ternyata telah rusak semua. Lalu ia berkata.
“Tempat ini telah rusak di terjang banjir lumpur. Oleh karena itu, tempat ini akan di namakan Desa Coban sebab di sini aku mendapat cobaan dari Tuhan.”
Lalu Ki Mranggi mencari ular yang telah membuat kerusakan parah itu. “Parta Gendul dan Parta Balung, kalian jangan pergi meninggalkan rumah ini. Walaupun sudah rusak kalian harus tetap jaga rumah ini. Aku akan pergi,” kata Ki Mranggi.
“Ki Mranggi akan pergi kemana?” Tanya Parta Gendul dan Parta Balung serempak.
“Aku mencari tempat tinggal ular naga yang telah merusak semuanya ini.”
“Baiklah Ki Mranggi, kami berdua akan tetap di sini. Hati-hatilah semoga berhasil.”
“Terima kasih. Aku segera pergi.”
Pencarian Ki Mranggi tidak membawa hasil. Ia gagal mendapatkan ular naga yang sudah menimbulkan kerusakan.
“Hampir putus asa aku. Sudah berjalan ke sana kemari, tidak dapat aku temukan ular naga itu. Aku harus mencari bantuan,” kata Ki Mranggi dalam hatinya.
Lalu ia mencari bantuan ke Syekh Jatikusuma yang bertapa di puncak Gunung Butak. Perjalanan menuju Gunung Butak harus mendaki dan menerobos hutan yang lebat. Perjalanan yang sangat melelahkan! Namun, demi tekad untuk memperoleh bantuan, segala jerih lelah tidak dirasakan oleh Ki Mranggi.
“Ada perlu apa saudara datang kemari?” kata Syekh Jatikusuma kepada Ki Mranggi yang mendatanginya di pertapaan.
“Aku datang ke pertapaan Syekh untuk memohon bantuan,” kata Ki Mranggi.
“Ada persoalan apa dan apa yang dapat saya lakukan? Kalau aku bisa, pasti aku membantumu, “jawab Syekh Jatikusuma.
“Begini Syekh Jatikusuma. Beberapa waktu yang lalu, di tempat aku tinggal di kaki Gunung Butak terjadi banjir lumpur. Banjir lumpur itu terjadi karena ulah ular naga yang berjalan di dalam tanah. Aku sudah mengejarnya berhari-hari, tetapi tidak menemukannya. Karena itu, aku datang ke sini mohon pertolongan Syekh.”
“Ya, sekarang aku mengerti. Aku akan menolongmu.”
Kemudian Syekh Jatikusuma meninggalkan Ki Mranggi. Ia mengambil pusaka Kiai Akik Ampal Bumi. Ia menjumpai kembali Ki Mranggi yang tertegun melihat pusaka yang di pegang oelh Syekh Jatikusuma.
“Keris apa itu?” Tanya Ki Mranggi penuh keheranan.
“ini keris pusaka Kiai Akik Ampal Bumi. Dengan pusaka ini, aku dapat menemukan tempat ular naga berada.”
Lalu Syekh Jatikusuma menancapkan pusaka itu di puncak Gunung Butak dan terbukalah puncak Gunung Butak itu. Di dalamnya ular naga sedang tidur pulas, tampak jinak dan tidak ganas. Namun, tiba-tiba datang angin ribut dan hujan deras yang berlangsung sampai beberapa hari.
Setelah hujan reda, di puncak Gunung Butak muncul beberapa mata air. Melihat munculnya beberapa mata air, Ki Mranggi terkejut dan bertanya kepada Syekh Jatikusuma.
“Dari manakah munculnya mata air itu dan akan mengalir kemanakah air itu?”
Syekh Jatikusuma dengan tenang dan yakin menjawab, “Lihatlah dan perhatikan saja ke mana airnya mengalir, kamu nanti akan mengerti.”
Mata air yang airnya mengalir ke timur dinamakan Sungai Kesemen melewati Desa Tahunan, Bangilan, dan terus ke Bojonegoro. Air yang mengalir kea rah barat menjadi Sungai Brubulan. Air yang mengalir kea rah utara menjadi sungai Mudal melewati daerah Pamotan. Sementara itu, mata air yang airnya mengalir ke arah selatan melalui Desa Gunung Kajar terus ke BLora dinamakan Sungai Lusi. Mengapa? Sebab daerah yang di lalui air tersebut tanahnya menjadi longsor dan para penduduknya mencari selamat atau mengungsi. Mengungsi dalam bahasa Jawa Kuno disebut ngusi. Dari kata ngusi itulah lahir nama Sungai Lusi.
Setelah melihat peristiwa itu. Ki Mranggi pulang ke rumahnya dan hidup seperti sedia kala. Ia hidup bersama Parta Gendul dan Parta Balung serta hidup berdampingan dengan Ki Bahurena. Setelah kematian Ki Mranggi, makamnya banyak di ziarahi dan makam itu di sebut sebagai Pundhen Mranggi sedangkan makam Ki Bahurena di sebut sebagai Pundhen Bahurena.

Sumber: http://sdn04vkototimur.blogspot.com/2014/04/legenda-sungai-lusi.html

Sejarah Blora,Asal Usul Nama Blora

SEJARAH KABUPATEN BLORA

ASAL USUL NAMA BLORA 

Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata BELOR yang berarti Lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama BLORA. Secara etimologi Blora berasal dari kata WAI + LORAH. Wai berarti air, dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah.. Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata.Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata WAILORAH menjadi BAILORAH, dari BAILORAH menjadi BALORA dan kata BALORA akhirnya menjadi BLORA. Jadi nama BLORA berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur.

BLORA ERA KERAJAAN

Blora dibawah Kadipaten Jipang 

Blora di bawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih dibawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaan meliputi : Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi setelah Jaka Tingkir ( Hadiwijaya ) mewarisi tahta Demak pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang.

Blora dibawah Kerajaan Mataram 

Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mtaram bagian Timur atau daerah Bang Wetan. Pada masa pemerintahan Paku Buwana I (1704-1719 ) daerah Blora diberikan kepada puteranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = � hektar ). Pada tahun 1719-1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.

Blora di Jaman Perang Mangkubumi (tahun 1727 - 1755) 

Pada saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749) terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta. Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangku Bumi menjadi Raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangku Bumi menjadi Raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, diantaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.

Blora dibawah Kasultanan 

Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama palihan negari, karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih mundur dari jabatannya

BLORA KABUPATEN

Blora sebagai Kabupaten 

Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini disebabkan karena Blora terkenal dengan hutan jatinya. Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan HARI JADI KABUPATEN BLORA.Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA.

Perjuangan Rakyat Blora menentang Penjajahan 

Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu.. Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah ( petani ) . Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh SAMIN SURASENTIKO.

Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal. Beberapa indikator penyebab adana pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah antara lain : Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora Perubahan pola pemakaian tanah komunal pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunai corak MILLINARISME, yaitu gerakan yang menentang ketidak adilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.

Sumber: http://bocahbloramustika.blogspot.com/2011/03/sejarah-kabupaten-blora-asal-usul-nama.html#more

Legenda Dari Blora, Legenda Kedungputri

                             LEGENDA KEDUNGPUTRI RANDUBLATUNG

Konon ini adalah tempat mandi Putri Citrowati
Kedung Putri adalah suatu situs budaya yang pada masa lalu sampai sekarang banyak menyimpan misteri, bahkan berbau mistik yang konon menurut cerita tempat ini sering dipakai mandi oleh Citro Wati putri raja Purwocarito yang cantik Jelita.
Kedung Putri terletak di sebelah utara Kecamatan Randublatung, kurang lebih 10 km dari pusat kota Randublatung, tepatnya di hutan petak 52 RPH Gumeng BKPH Temanjang, KPH Randublatung. Secara administrative turut wilayah Desa Tanggel Kecamatan Randubaltung Kab. Blora.
Begitu kentalnya muatan mistik di lokasi ini menjadikannya cukup terkenal di Randublatung. Legenda Kedung Putri dimulai pada jaman dulu dimana terdapat suatu daerah yang bernama Negara Purwocarito (sekarang Desa Gumeng) yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dian Gondo Kusumo dengan permaisuri Loro Girah, Pasangan raja dan permaisuri ini dikarunia 3 orang  anak yaitu  Citro Menggolo, Citro Kusumo dan Citro Wati.
Masing-masing keturunan raja Dian Gondo Kusumo diberikan kekuasaan untuk memimpin tiga kerajaan. Masing-masing adalah Citro Menggolo kerajaanya di Mlumpang (sekarang Desa Trembes), Citro Kusumo kerajaannya di Bale Kambang (sekarang Desa Temetes) dan Citro Wati kerajaanya di Purwocarito (sekarang Desa Gumeng).
Salah seorang dari ke tiga anaknya yaitu Citro Wati mempunyai paras yang  cantik jelita. Karena kecantikannya itu maka banyak putra raja yang lain atau dari golongan bangsawan tertarik dan ingin meminang Citro Wati. Sampai pada akhirnya Putri Citro Wati  dilamar oleh 2  raja, yaitu Begede Katong dari kerajaan Pandan (Sekarang Desa Njetak Wanger,Ngawen) dan Jonggrang Prayungan dari kerajaan Atas Angin. Kedua raja tersebut akhirnya perang untuk merebutkan Cito Wati. Keduanya belum ada yang kalah dan menang dalam peperangan tersebut. Akhirnya Citro Wati datang dan menolak keduanya (Begede Katong dan Jonggrang Prayungan).
Karena merasa ditolak, Begede Katong marah dan mendatangkan angin ribut untuk menghancurkan negara Purwocarito. Akibatnya negara Purwocarito luluh lantah rata dengan tanah.
Situs Banyu Tes
Beberapa hari kemudian Begede Katong tidak putus asa walapun cintanya di tolak. Dia tetap berangkat menuju kerajaan Purwocarito untuk melamar Citro wati. Sesampainya di suatu tempat dataran tinggi, Begede Katong melihat Citrowati sedang mandi di sendang, begitu melihat kecantikan dan kemolekan tubuh Citrowati, birahi Begede Katong memuncak dan meneteslah air maninya, yang sekarang menjadi Banyu Tes, di dukuh Temetes. ”Sendang tetes” tersebut sampai sekarang dipercaya oleh masyarakat bisa menyembuhkan impotensi dan membangkitkan libido bagi kaum pria apabila mandi di tempat tersebut.
Jati Denok
Setelah itu Begede Katong melanjutkan perjalan kembali. Sesampainya di Gunung Serangkang, dia bertemu dengan Jonggrang Prayungan musuh bebuyutannya, dan keduanya saling berperang lagi. Keduanya berperang saling membunuh sehingga menyebabkan semua perangkat untuk melamar yang dibawa oleh Begede Katong berserakan dan terlempar jauh ke tempat lain. Tempat upeti (Bokor Kencono) terlempar ke Desa Pengkol (Kec. Banjarejo) yang dinamakan Kedung Bokor, Sirih (bahasa jawanya Suruh) terlempar ke Desa Banyuurip yang dinamakan Suruhan, Gemblongnya (dodol) yang teriris–iris terlempar ke Desa Temetes yang dinamakan Tiris, sedangkan emban yang membawa Bokor Kencono bernama Denok meninggal dan dikubur dengan di tandai Pohon jati yang sampai sekarang jati tersebut masih hidup dan dinamakan “Jati Denok”. Walaupun Begede Katong memaksa melamar, Cito Wati tetap tidak mau menerima lamaran Begede Katong. Meskipun ditolak cintanya, Begede Katong tidak mau kembali ke negaranya. Gilaaa setia bangeetttt
Citro Wati mempunyai kebiasaan yang setiap hari tidak pernah ditinggalkannya yaitu mandi di sungai (Kedung) yang sekarang dinamakan Kedung Putri. Begede katong memanfaatkan situasi tersebut yaitu dengan merubah dirinya menjadi ikan gabus (Kutuk) dan masuk ke dalam sungai. Pada saat Citro Wati mandi di sungai, ia melihat ikan gabus (kutuk) yang sebenarnya adalah  jelmaan Begede Katong. Citro Wati sangat  senang melihat ikan tersebut dan ia pun bermain di sungai (kedung) itu tanpa curiga sedikitpun akan keberadaan ikan tersebut. Karena seringnya bermain dengan  ikan gabus (kutuk) tersebut, tanpa disadari ia bercinta dengan ikan gabus jelmaan Begede katong yang pada akhirnya menyebabkan Citro Wati hamil.
Citro Kusumo kakak Citro Wati marah melihat adiknya hamil tanpa diketahui siapa yang menghamili adiknya. Citro Wati tidak boleh melahirkan secara normal tetapi harus melalui perut sebelah kiri. Perut Citro Wati ditusuk dengan keris oleh Citro Kusumo dan keluarlah dari perut Citro Wati anak ikan gabus (Kutuk). Keanehan yang terjadi pada anak Citro Wati  menjadikannya sebuah larangan bagi masyarakat dusun Gumeng bahwa mereka tidak boleh makan ikan gabus (kutuk) karena itu merupakan darah dagingnya Citro Wati. Karena ditusuk perutnya, Citro Wati pingsan dan tidak sadarkan diri. Citro Wati diseret oleh Cito Kusumo dan di siram air. Akhirnya Citro Wati sadar dan air yang dipakai untuk menyiram Citro Wati dinamakan Banyuurip.
Banyu Urip
Sampai sekarang banyuurip masih tetap ada dan selalu dijaga keberadaanya karena dipercaya dapat menyembuhkan orang sakit.
Setelah kejadian itu, Citro Wati berjanji tidak akan kawin sebelum ketemu Joko Sayuto dengan pengapit Joko Santoso. Citro Wati semedi di sungai (kedung Putri) sambil menunggu Joko Sayuto dan Joko Santoso.
Cerita Legenda yang masih melekat pada Kedung Putri, bagi masyarakat dusun Gumeng merupakan salah satu peninggalan sejarah yang harus dijaga, baik lokasi, peninggalan-peninggalannya maupun nilai-nilai spiritualnya.
Saat ini, tradisi yang dilakukan masyarakat dusun Gumeng di Kedung Putri adalah upacara sedekah bumi. Tujuannya adalah untuk meminta berkah dan keselamatan bagi dusun Gumeng dan daerah sekitarnya. Terkadang ada juga yang melakukan ritual khusus di tempat ini yaitu memberikan sesaji yang tujuannya untuk meminta kekayaan (pesugihan)

Sumber:http://bocahbloramustika.blogspot.com/2014/11/legenda-blora-legenda-kedungputri.html

Kue Gendu, Kuenya Blora

Sumber: https://deskgram.cc/explore/tags/kuekhaskotablora
Kue Gendu atau Kue Ulat 

Kue gendu atau kue ulat adalah kue tradisional khas daerah blora yg terinspirasi dari bentuk ulat daun jati yang merupakan ciri khas kota blora. Kue ini menggunakan resep kuno yang menggunakan hanya kuning telur dan bahan bahan premium, tanpa pengawet dan selai durian ataupun nanas yang digunakan didalamnya adalah selai home made yang dibuat dari 100% daging nanas dan durian masak pohon . Cita rasanya manis ,legit, dan tidak mudah dilupakan. Tidak diproduksi masal dan bagi para pecinta durian ataupun nanas , ini adalah produk yang wajib coba. Its a really a snack to die for. I bet you can finish up by yourself. cobain sensasinya gimana selai buah yang yummy melted di mulut bersama lembutnya adonan premium kue gendu.

Berikut ini adalah resep untuk membuat kue gendu khas Blora:

BAHAN :
• tepung terigu 1 kg
• mentega/margarine 600 gram
• gula pasir ½ kg
• kuning telur 8 butir
• selai nanas atau selai durian secukupnya

CARA MEMBUAT KUE GENDU :
• Gula, telur dan mentega dicampur, dikocok sampai kental, lalu tepung dan vanili dimasukkan.
• Aduk aduk adonan sampai kental agar mudah dibentuk.
• Gulung adonan dengan tangan buat bulat persis membuat onde-onde,
namun bentuklah agak panjang sedikit.
• Setelah itu isi tengah/bagian dalam bulatan adonan tersebut dengan selai nanas
atau selai durian, rapatkan/rapikan kembali bentuknya.
• Beri beberapa sayatan di bagian atas adonan yang telah terisi selai tersebut
• Setelah diberi beberapa sayatan, Olesi dengan kuning telur
• Panggang ke oven, sampai matang , sajikan

Sumber: - https://shopee.co.id/Snack-oleh-oleh-Kue-gendu-khas-blora-i.6768564.235161651
               - https://hobimasak.info/resep-kue-gendu/
 
Berikut ini, cara membuat Gendu Durian, jajanan khas Blora, favorit atlet Asian Games 2018.
Bahan :
  1. 1000 gram tepung terigu
  2. 600 gram gula pasir
  3. 0,5 kg gula pasir
  4. 8 butir kuning telur
  5. Selai durian secukupnya
  6. Vanili secukupnya
Cara pembuatan :
  1. Kocok gula, telur dan mentega jadi satu sampai kental, kemudian tepung terigu dan vanili dimasukkan.
  2. Setelah itu, aduk-aduk adonan hingga kental supaya mudah dibentuk.
  3. Kemudian gulung adonan dengan tangan dan bentuk bulat-bulat seperti membuat onde-onde, tapi bentuklah agak panjang sedikit.
  4. Lalu isi bagian tengah dari adonan tersebut dengan selai nanas atau selai durian, rapatkan atau rapikan kembali bentuknya.
  5. Beri beberapa sayatan di bagian atas adonan yang sudah di isi dengan selai durian.
  6. Setelah di beri beberapa sayatan, olesi adonan dengan kuning telur.
  7. Panggang kedalam oven hingga adonan matang.
  8. Setelah matang, Gendu Durian Blora siap disajikan dan disantap bersama keluarga


Artikel ini sudah tayang di Bloranews.com Hargai karya orang lain dengan menyertakan Link sumber : https://www.bloranews.com/ini-resep-gendu-durian-blora-jajanan-favorit-atlet-asian-games-2018/

Berikut ini, cara membuat Gendu Durian, jajanan khas Blora, favorit atlet Asian Games 2018.
Bahan :
  1. 1000 gram tepung terigu
  2. 600 gram gula pasir
  3. 0,5 kg gula pasir
  4. 8 butir kuning telur
  5. Selai durian secukupnya
  6. Vanili secukupnya
Cara pembuatan :
  1. Kocok gula, telur dan mentega jadi satu sampai kental, kemudian tepung terigu dan vanili dimasukkan.
  2. Setelah itu, aduk-aduk adonan hingga kental supaya mudah dibentuk.
  3. Kemudian gulung adonan dengan tangan dan bentuk bulat-bulat seperti membuat onde-onde, tapi bentuklah agak panjang sedikit.
  4. Lalu isi bagian tengah dari adonan tersebut dengan selai nanas atau selai durian, rapatkan atau rapikan kembali bentuknya.
  5. Beri beberapa sayatan di bagian atas adonan yang sudah di isi dengan selai durian.
  6. Setelah di beri beberapa sayatan, olesi adonan dengan kuning telur.
  7. Panggang kedalam oven hingga adonan matang.
  8. Setelah matang, Gendu Durian Blora siap disajikan dan disantap bersama keluarga


Artikel ini sudah tayang di Bloranews.com Hargai karya orang lain dengan menyertakan Link sumber : https://www.bloranews.com/ini-resep-gendu-durian-blora-jajanan-favorit-atlet-asian-games-2018/


Berikut ini, cara membuat Gendu Durian, jajanan khas Blora, favorit atlet Asian Games 2018.
Bahan :
  1. 1000 gram tepung terigu
  2. 600 gram gula pasir
  3. 0,5 kg gula pasir
  4. 8 butir kuning telur
  5. Selai durian secukupnya
  6. Vanili secukupnya
Cara pembuatan :
  1. Kocok gula, telur dan mentega jadi satu sampai kental, kemudian tepung terigu dan vanili dimasukkan.
  2. Setelah itu, aduk-aduk adonan hingga kental supaya mudah dibentuk.
  3. Kemudian gulung adonan dengan tangan dan bentuk bulat-bulat seperti membuat onde-onde, tapi bentuklah agak panjang sedikit.
  4. Lalu isi bagian tengah dari adonan tersebut dengan selai nanas atau selai durian, rapatkan atau rapikan kembali bentuknya.
  5. Beri beberapa sayatan di bagian atas adonan yang sudah di isi dengan selai durian.
  6. Setelah di beri beberapa sayatan, olesi adonan dengan kuning telur.
  7. Panggang kedalam oven hingga adonan matang.
  8. Setelah matang, Gendu Durian Blora siap disajikan dan disantap bersama keluarga


Artikel ini sudah tayang di Bloranews.com Hargai karya orang lain dengan menyertakan Link sumber : https://www.bloranews.com/ini-resep-gendu-durian-blora-jajanan-favorit-atlet-asian-games-2018/

Berikut ini, cara membuat Gendu Durian, jajanan khas Blora, favorit atlet Asian Games 2018.
Bahan :
  1. 1000 gram tepung terigu
  2. 600 gram gula pasir
  3. 0,5 kg gula pasir
  4. 8 butir kuning telur
  5. Selai durian secukupnya
  6. Vanili secukupnya
Cara pembuatan :
  1. Kocok gula, telur dan mentega jadi satu sampai kental, kemudian tepung terigu dan vanili dimasukkan.
  2. Setelah itu, aduk-aduk adonan hingga kental supaya mudah dibentuk.
  3. Kemudian gulung adonan dengan tangan dan bentuk bulat-bulat seperti membuat onde-onde, tapi bentuklah agak panjang sedikit.
  4. Lalu isi bagian tengah dari adonan tersebut dengan selai nanas atau selai durian, rapatkan atau rapikan kembali bentuknya.
  5. Beri beberapa sayatan di bagian atas adonan yang sudah di isi dengan selai durian.
  6. Setelah di beri beberapa sayatan, olesi adonan dengan kuning telur.
  7. Panggang kedalam oven hingga adonan matang.
  8. Setelah matang, Gendu Durian Blora siap disajikan dan disantap bersama keluarga


Artikel ini sudah tayang di Bloranews.com Hargai karya orang lain dengan menyertakan Link sumber : https://www.bloranews.com/ini-resep-gendu-durian-blora-jajanan-favorit-atlet-asian-games-2018/

Berikut ini, cara membuat Gendu Durian, jajanan khas Blora, favorit atlet Asian Games 2018.
Bahan :
  1. 1000 gram tepung terigu
  2. 600 gram gula pasir
  3. 0,5 kg gula pasir
  4. 8 butir kuning telur
  5. Selai durian secukupnya
  6. Vanili secukupnya
Cara pembuatan :
  1. Kocok gula, telur dan mentega jadi satu sampai kental, kemudian tepung terigu dan vanili dimasukkan.
  2. Setelah itu, aduk-aduk adonan hingga kental supaya mudah dibentuk.
  3. Kemudian gulung adonan dengan tangan dan bentuk bulat-bulat seperti membuat onde-onde, tapi bentuklah agak panjang sedikit.
  4. Lalu isi bagian tengah dari adonan tersebut dengan selai nanas atau selai durian, rapatkan atau rapikan kembali bentuknya.
  5. Beri beberapa sayatan di bagian atas adonan yang sudah di isi dengan selai durian.
  6. Setelah di beri beberapa sayatan, olesi adonan dengan kuning telur.
  7. Panggang kedalam oven hingga adonan matang.
  8. Setelah matang, Gendu Durian Blora siap disajikan dan disantap bersama keluarga


Artikel ini sudah tayang di Bloranews.com Hargai karya orang lain dengan menyertakan Link sumber : https://www.bloranews.com/ini-resep-gendu-durian-blora-jajanan-favorit-atlet-asian-games-2018/vvvv

Oleh Oleh dari Blora Kaos Samin Surosentiko


 

Kaos Samin Surosentiko
 
Wajah tokoh Samin Surosentiko nampaknya kini menjadi brand baru di Kota Blora. Bahkan kini sejumlah kaos oblong yang dijual di outlet maupun di toko-toko yang ada di Blora banyak yang menjual kaos dengan gambar wajah Samin Surosentiko. Selain dijual di toko-toko, banyak juga masyarakat yang berkreasi dengan membuat sablon sendiri.

Salah satu penjual koas Samin, Viesta mengatakan bahwa kalangan muda memang banyak yang membeli kaos tersebut, mereka umumnya berasal dari kelompok atau komunitas, namun pembeli perseorangan juga cukup banyak.

"Banyak remaja dan pemuda yang sekarang nampaknya bangga dengan Samin, buktinya kaos bergambar Samin cukup laku," ungkap perempuan pemilik Viesta Shop di Blok T Pusat Jajanan dan Oleh-oleh Khas Blora ini.

Kaos tersebut memang banyak dijual di tokonya. Selain Samin juga ada tokoh dan ikon lokal Blora lainnya yang dibuat kaos. Namun Samin yang kini cukup banyak peminatnya. Tak heran dapat kita jumpai berbagai variasi kaos Samin bisa dijumpai di kios tersebut.

Menurutnya, selain gambar yang sudah ada, banyak juga yang mendesain gambar sendiri, tetapi pada umumnya paling banyak penggemarnya kaos berwarna hitam. Karena memang selama ini Samin identik dengan warna hitam.

Wahid Irujudin, selaku penggemar kaos Samin menyatakan dirinya memang memiliki beberapa buah kaos Samin tersebut. Selain membeli di toko, dirinya kerap memesan pada para pembuat kaos tersebut di Blora.

"Di Blora banyak juga yang memproduksi kaos Samin, mereka banyak mengerjakan pesanan dari berbagai komunitas maupun pesanan dari luar Blora," jelasnya.

Dia melihat kaos Samin bisa menjadi brand tersendiri di Blora dan sekaligus menjadi identitas oleh-oleh kaos khas Blora.
 
Sumber : http://www.infoblora.com/2014/05/kaos-samin-khas-blora-banyak-diminati.html

Batik Mbloro untuk oleh oleh dari Blora- mengenal ciri ciri batik dari blora

https://infobatik.id/motif-batik-blora/
Bantik Mbloro

Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah yang memiliki penghasilan minyak bumi terbesar di seluruh pulau Jawa. Namun selain minyak bumi tersebut, ada pula penghasilan lainnya yang tak kalah menarik dari kabupaten Blora tersebut.

Seperti kabupaten yang lainnya yang ada di kabupaten Jawa Tengah, Blora memiliki salah satu kerajian tradisional yang juga sangat digemari oleh banyak orang. Dan salah satu kerajian tersebut adalah batik. Banyak daerah di Jawa Tengah yang juga memiliki kerajian batik dan tentunya berbeda satu dengan yang lainnya.

Jika batik hasil kerajian dari daerah yang lain memiliki ciri khas tersendiri, maka batik dari Blora tersebut juga memiliki ciri khas tersendiri.

Batik Blora atau yang sering disebut dengan batik Mbloro merupakan salah satu batik yang kini cukup banyak diminati oleh pecinta batik, memang batik ini baru diperkenalkan beberapa tahun belakangan ini namum meski demikina batik ini sudah begitu banyak digemari oleh para peminta dan pecinta batik tersebut.

Salah satu hal yang menarik dari motif batik khas Blora tersebut adalah motif budaya yang unik, yang dipadukan dengan berbagai motif khas Blora lainnya yang melambangkan  ciri khas ikon dari kota tersebut.

Berikut ini adalah beberapa ciri khas batik Blora tersebut, yakni :
1.Motif Batik Kilang Minyak
Motif yang satu ini sesuai dengan ciri khas khas dari daerah Blora tersebut, karena seperti yang sudah kita ketahui bersama Blora merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai kekayaan alam seperti minyak bumi, dan merupakan kabupaten penghasil minyak bumi terbesar di seluruh Pulau Jawa. Oleh karena itulah kilang minyak tersebut dijadikan sebagai salah satu icon atau motif batik khas Blora tersebut.

2. Motif Batik Daun Jati
Jati juga merupakan salah satu tanaman yang banak kita jumpai di kabupaten Blora ini.  Untuk mengusung ikon yang ada pada daerah tersebut, maka salah satu kerajian batik dari Blora tersebut adalah motif batik daru jati.
Motif batik daun jati ini juga tergolong salah satu batik yang cukup digemari oleh masyarakat. Motif yang memadukan daun jati tersebut seolah daun yang sedang berguguran pada saat musim gugur sehingga menambah indahnya motif batik tersebut.

Selain dua motif utama diatas, tentunya masih ada beberapa jenis motif batik yang lainnya yang juga turut serta menambah ciri khas dari motif batik Blora tersebut, antara lain sebagai berikut :
  • Motif batik barogan
  • Motif batik tayub
  • Motif batik satai
  • Motif batik sedulkur sikeup atau motif samin
  • Motif batik alur jati
  • Motif panen Lombok
  • Motif batik tunggak semi
Dan juga berbagai jenis motif yang lainnya yang tentunya memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda satu dengan yang lainnya dan juga tentunya menambah kekayaan akan motif  batik tersebut.
Gimana cocok kan buat dijadiin oleh oleh, kalo ke Blora jangan lupa beli Batik Mbloro.

Sumber: https://ilmuseni.com/seni-budaya/ciri-khas-batik-blora